Translate

Sabtu, November 18, 2023

Paris di Waktu Hujan

Paris, Sepenggal Kenangan

By: Benediktus Beben


Setelah wisata di Kota Porto Portugal, kami melanjutkan perjalanan ke kota Paris Perancis sebagai kota singgah terakhir sebelum pulang ke tanah air. Setelah 3 hari ngubek kota Porto yang menawan, akhirnya kami terbang ke kota Paris dengan maskapai Ryan Air Ryanair FR7474 dari Francisco Sa Carneiro International Airport, Porto (OPO) dan Tiba di Beauvais Tille Airport ( BVA),Paris pada hari Sabtu tanggal 15 Oktober 2022.

Sebelum ngubek kota Paris, saya kutip beberapa ulasan dari berbagai sumber, tentang kota yang sangat terkenal ini. 

Paris dengan luas 105.397 km², terletak di tepian Sungai Seine dan terdiri dari dua pulau yaitu  Île Saint-Louis dan Île de la Cité, yang membentuk bagian tertua kota. Kontur kota Paris pada umumnya datar dengan titik terendahnya 35 meter (114 kaki) di atas permukaan laut. Namun demikian, Paris juga memiliki beberapa bukit, yang tertingi adalah Montmartre pada 130 m (426 kaki).

Paris memiliki iklim laut yang dipengaruhi Arus Atlantik Utara, sehingga kota ini memiliki iklim sedang dan jarang sekali mengalami temperatur tinggi atau rendah. Hujan dapat terjadi kapanpun sepanjang tahun, dan Paris dikenal untuk hujan mendadaknya, sehingga sering dikatakan Kota Paris sangat romantis di kala hujan. Salju juga agak jarang turun di kota ini, kadang-kadang muncul pada bulan terdingin Desember, Januari atau Februari.

Paris telah mengalami berbagai perubahan sejak pertengahan abad ke-19 sampai menjadi kota yang sangat modern seperti saat ini dan menjelma menjadi kota tujuan pedagang, pelajar dan peziarah. Sebagai salah satu kota paling ikonik di dunia, hampir semua sudut tempat yang ada di Paris menarik untuk dikunjungi. 

Sebenarnya, ini adalah kunjungan ke 2 saya dan istri ke kota Paris setelah kunjungan pertama kami di tahun 2016. Tapi kunjungan kali ini sangat terasa berbeda karena lanjutan perjalanan kami setelah Camino Santiago dan bisa lebih lama tinggal di kota ini. Karena persahabatan yang erat antara teman seperjalanan kami Pak Valen dan Bli Putu dengan Bapak Dubes Perancis, kami beruntung bisa singgah di wisma kedutaan Indonesia di Paris.

Setibanya di Airport Paris, kami dijemput oleh staff kedutaan dan malam ini, kami  diijinkan kembali nginap di wisma kedutaan. Paris diguyur hujan hari ini dan sesampainya di wisma, kami disambut dengan sangat ramah oleh Bapak dan Ibu Dubes. Setelah mengobrol sebentar, kamipun istirahat di kamar yang telah disediakan. 

Keesokan harinya, setelah sarapan pagi bersama Bapak dan Ibu Dubes, kamipun minta ijin untuk jalan-jalan di kota Paris. Karena hari hujan, kami diantar oleh Staff kedutaan mengunjungi Versailles, yaitu sebuah château/Istana yang berlokasi di Versailles yang berjalak 19 kilometer arah barat Paris. Sambil berpayung hujan, kamipun mengunjungi tempat ini dengan sedikit kerepotan karena basah dan jalannya agak jauh karena istana ini ternyata sangat luas.

Versailles dibangun oleh Raja Louis XIV, Putra dan penerus Louis XIII. Awalnya Raja Louisb XIV tinggal di Louvre Paris seperti raja-raja sebelumnya tapi kemudian memutuskan untuk memindahkan pemerintah ke luar Paris. Pembanguna Istana Versailles ini menghabiskan waktu 5 dekade untuk memperluas chateau yang dulu menjadi tempat berburu ayahnya. Setelah pembangunan selesai, bangsawan Prancis sering menghadiri banyak acara seremonial di Versailles.

Versailles
Hari ini Paris benar-benar diguyur hujan seharian sehingga kami selalu berpayung fantasi ketika jalan dari tempat satu ke tempat lainnya. 

Setelah dari Versailles, kami mengunjungi PALAIS GARNIER atau disebut dengan Opera Garnier, Opera de Paris, atau the Opera. Sebenarnya hanya berupa gedung opera tua yang bertuliskan Academie Nationale de Musique. Letak Palais Garnier ini berada di Boulevard des Capucines, di 9th arrondissement of Paris. Palais Garnier ini dibangun pada pertengahan abad 19, dan kini masih digunakan sebagai tempat pertunjukan. Bangunan ini merupakan teater ke 13 dari Paris opera atau Opera de Paris yang pertama dibentuk oleh raja Louis XIV sejak tahun 1669. 

Tetapi pembangunan Palais Garnier sendiri atas perintah Napoleon III, melalui Baron Haussman yang mengerjakan proyek rekonstruksi great parisian. Gedung ini dinamakan Palais Garnier karena yang membangun gedung ini adalah Charles Garnier, seorang arsitek yang memenangkan kompetisi untuk membangun gedung ini dan dikerjakan antara tahun 1860-1875.  


Bangunan bergaya neo baroque berhiaskan pilar-pilar marmer dan deretan patung mitologi Yunani kuno di bagian depan bangunan. Patung-patung dan hiasan marmer tersebut, menggambarkan dewa dan dewi Yunani, dan seniman-seniman besar seperti Auber, Beethoven, Mozart dan Rossini.

Dari gedung opera, kami lanjutkan perjalanan mengunjungi LOUVRE, museum terkenal yang memiliki koleksi seni yang paling beragam di dunia. Koleksi-koleksi tersebut meliputi koleksi dari periode zaman kuno hingga abad ke-19 termasuk Mona Lisa dan patung Venus de Milo . Louvre dikunjungi 8 juta orang per tahun, menjadi museum seni yang paling sering dikunjungi di dunia. 

Dahulu, lokasi Museum Louvre merupakan istana kerajaan selama lebih dari dua abad dan Louvre sendiri merupakan benteng yang dibangun di masa pemerintahan Raja Philip II.Pemerintah revolusioner Perancis baru membukanya sebagai museum pada 10 Agustus 1793.


Dilansir History, benteng tersebut ingin dialihfungsikan sebagai istana kerajaan oleh Raja Francis I pada 1546. Francis I yang terkenal sebagai kolektor karya seni itu meminta bantuan arsitek Pierre Lescot untuk mengawasi pembangunan Istana Louvre. Setelah Francis meninggal, raja-raja setelahnya terus memperluas pembangunan Istana Louvre, termasuk Raja Henry II dan Charles IX.

Mereka memperluas pekarangan dan bangunan sampai di masa Louis XIII dan Louis XIV di abad ke-17. Luasnya kini mencapai 60.600 meter persegi. Kedua raja itu juga memperkaya koleksi karya seni di istana. Contohnya koleksi karya seni yang diperoleh Louis XIV dari Raja Inggris Charles I setelah eksekusinya dalam Perang Saudara Inggris. Namun pada 1682, Louis XIV memindahkan istananya ke Versailles, dengan alasan untuk mendapatkan lebih banyak kendali pemerintahan dari kaum bangsawan dan menjauhkan diri dari penduduk Paris. Dengan begitu, Louvre tidak lagi difungsikan sebagai kediaman utama kerajaan. Namun karya seni dan koleksi benda-benda bersejarah masih tersimpan di sana.

Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan mengunjungi Gerbang kemenangan atau ARC DE TRIOMPHE  yang dibangun pada tahun 1806 oleh Napoleon Bonaparte, setelah kemenangannya di Austerlitz. Bangunan tersebut dibangun dengan tujuan menghormati tentara besar Prancis, Grande Armee, yang dianggap tak terkalahkan saat itu. Ketika itu, Grande Armee berhasil menaklukkan sebagian besar Eropa.Pada tanggal 11 November 1923, seorang pegawai pemerintahan Perancis, Andre Maginot, menyalakan api kenangan abadi di sekitar Arc de Triomphe. Sejak saat itu, api tersebut tak pernah padam sampai saat ini.

Tempat lain yang kami kunjungi hari ini tentu saja Menara paling ikonik di dunia yaitu EIFFEL TOWER  atau Menara Eiffel. Walaupun hujan masih turun, kami senang sekali bisa berfoto di Eiffel di saat hujan. Menara Eiffel sebelumnya bernama Menara Paris merupakan sebuah menara besi yang dibangun di Champ de Mars di tepi Sungai Seine, Paris. Menara ini telah menjadi ikon utama negara Prancis dan salah satu struktur paling terkenal di dunia yang kemudian berubah nama menjadi menara Eiffel  sesuai nama perancangnya, Gustave Eiffel.


Dari Menara Eiffel, kami lanjutkan perjalanan menuju MONTMARTRE  yang merupakan sebuah bukit  setinggi 130 meter, Montmartre dikenal karena Basilica of the Sacré Cœur berkubah putih di puncaknya dan sebagai distrik klub malam. 

Gereja lain yang lebih tua di bukit ini adalah Saint Pierre de Montmartre, yang dianggap sebagai lokasi di mana perintah pendeta Jesuit ditetapkan. Banyak seniman yang mendirikan studio atau bekerja di sekitar komunitas Montmartre seperti Salvador Dalí, Modigliani, Claude Monet, Pablo Picasso dan Vincent van Gogh. Pada saat kami sampai di lokasi ini, hari masih hujan tapi banyak turis berkunjung ke tempat ini. Dari bukit Montmartre ini kami bisa melihat kota Paris dari kejauhan.

Selain tempat-tempat yang kami kunjungi di atas, tentu masih banyak destinasi wisata di kota Paris yang sangat terkenal bagi wisatawan mancanegara yang belum sempat kami kunjungi.

ikut antri di Bouillon Pigalle

Setelah dari Montmatre, kami tutup perjalanan kami makan malam di sebuah restaurant yang katanya terkenal di Paris yaitu BOUILLON PIGALLE yang kebetulan lokasinya tidak jauh dari Montmartre.


Kami harus masuk antrian cukup panjang untuk bisa dapat duduk di restauran ini. Setelah antrian beres barulah tiba giliran kami diantar ke meja makan kami oleh waiter yang ramah.  Boullion yang artinya kaldu rupanya mempunyai sejarah yang panjang di dunia kuliner. 
Dari sebuah ulasan ada tulisan seperti ini:

Ceritanya dimulai pada tahun 1855, ketika seorang tukang daging asal Paris, Pierre Louis Duval, menyajikan hidangan dasar kaldu, atau kaldu dengan sepotong daging di dalamnya, kepada pekerja lokal di pasar sebagai makanan yang murah namun lezat. Ide tersebut memberi jalan bagi kategori restoran baru yang disebut bouillons, yang menyajikan hidangan Prancis yang sudah dikenal seperti daun bawang vinaigrette, beef bourguignon, escargot, pot a feu, dan creme karamel dengan harga terjangkau.


Bouillon menjadi pemandangan umum di hampir setiap wilayah di Paris, dan pada akhir tahun 1800-an, terdapat lebih dari 250 di antaranya yang melayani masyarakat. Interiornya berupa ruang makan besar dan terbuka yang melayani ratusan pengunjung sekaligus dengan perputaran cepat, mirip dengan kafetaria di AS pada periode waktu yang sama. 



Namun pada tahun 1980-an, kaldu hampir punah, dan banyak di antaranya yang tutup karena tren kuliner baru di Prancis, terutama masakan nouvelle, yang menganggap lebih sedikit makanan berarti lebih banyak.



Dalam dunia fesyen dan juga makanan, apa yang baru adalah sesuatu yang lama, dan apa yang lama adalah sesuatu yang baru; Boullion atau kaldu telah kembali populer dalam beberapa tahun ini dan diolah menjadi makanan enak dengan harga terjangkau.

Bon appétit

Sampai jumpa di cerita perjalanan berikutnya..

Follow kami di JEJAK BEN

Jangan lupa SHARE, LIKE COMMENT ya

Merci

au revoir



Tidak ada komentar:

Posting Komentar