Translate

Selasa, Februari 25, 2020

Camino Santiago de Compostela


Kisah kami si Pasukan Keong (2)

By: Benediktus Beben


Hari ke 2 Kamis, 3 okt 2019..
Pagi-pagi buta kami sudah bangun dan siap-siap untuk melanjutkan perjalanan ziarah kami. Tadi malam kami bisa tidur pulas di sebuah apartemen di atas bukit di kota Portomarin.

Portomarin dari jauh
Hari ini badan kami cukup bugar dan penuh semangat baru untuk melanjutkan perjalanan ziarah kami.

Foto dulu di keremangan pagi yang dingin

Keluar pagi-pagi dari apartemen, suasana pagi ini  masih berselimutkan kabut, dan kami berjalan beriringan untuk mengunjungi sebuah katedral yang tadi malam terlewatkan.

Pelataran sekitar gereja

Bentuk Katedral nya sangat unik berada di tengah-tengah lapangan dikelilingi bangunan pertokoan dan penginapan yang dipenuhi para peziarah camino.

Gerbang kota Portomarin

Beberapa peziarah sudah tampak berjalan menyusuri rute camino. Pintu gereja masih tertutup ketika kami sampai di sana sehingga kami hanya bisa berdoa di depan gereja saja.

dalam kabut pagi

Setelah mengambil beberapa foto, kami berjalan turun ke jalan raya melewati beberapa anak tangga gapura kota. Pagi masih remang-remang berselimutkan angin dingin. Berjalan beberapa kilometer di jalan raya dan kemudian masuk lagi ke hutan lindung...

semangat dan sedikit lelah
lalu menyusuri jalanan setapak dalam keremangan subuh dan gelapnya hutan. Penerangan dari Head torch sangat berguna untuk situasi seperti ini..

kabut pasti berlalu

Rute kami di hari ke 2 ini dimulai dari kota Portomarin dan melewati desa-desa: Gonzar, Hospital De La Cruz, Vantas De Naron, Ligonda, Eirexe, Portos dan berakhir di kota Palas De Rei dengan jarak tempuh sekitar 25 km.


Lumayanlah dengan ransel di punggung yang cukup berat, kami mulai berjalan dengan santai di jalanan yang tidak terlalu nanjak melewati hutan pinus yang masih berkabut tipis.

Ketemu Lie si pilgrim dari Afsel
Di tengah perjalanan, kami bertemu lagi dengan Lie seorang pilgrim asal Afrika Selatan yang sudah kami kenal sebelumnya. Saling menyapa Buen camino dan sedikit ngobrol sambil meneruskan perjalanan.

sarapan dulu

Sampai di Gonzar, kami berhenti dulu di sebuah cafe untuk sarapan. Tampak para peziarah sedang menikmati sarapan dan bercengkrama.

hmm yummy...
Sarapan Favorit saya telor mata sapi dan beberapa iris bacon yang nikmat banget sampai ketagihan tiap kali mampir cafe pasti nyari itu makanan wkwkw... ada juga menu ikan, french fries, sosis dan salad yang segar.. Jadi kangen nih ..

Beer yang menyegarkan di kala panas..
Segelas hot cappucino, atau orange juice  di pagi hari atau segelas beer dingin di siang hari menambah semangat buat meneruskan perjalanan..

Pak Valen lagi galau nih mau pilih arah mana...

Setelah cukup istirahat, sarapan dan ke kamar kecil, kamipun jalan lagi menyusuri rute mengikuti petunjuk camino berupa tugu berlambang kerang yang ada di sepanjang perjalanan.



Langkah kami masih terasa berat tapi karena keinginan yang kuat, kami mencoba menikmati setiap langkah perjalanan ini. Kaki terus melangkah sambil menikmati pemandangan yang indah. Pak Valen sudah berjalan jauh mendahului kami dengan alasan supaya irama perjalanan tetap terjaga.


Rupanya kami ber 4 tertinggal jauh karena berjalan santai dan sangat menikmati perjalanan kami dengan melihat segala pemandangan yang kami temui.. kita berprinsip santai aja khan ga ada target yang harus kita kejar...
peternak sapi nih haha..

Kami melihat ada petani yang sedang panen jagung dengan mesin yang modern, melihat peternakan sapi, tanaman-tanaman yang belum pernah kami lihat diantara nya jamur merah berbintik putih yang mengingatkan saya akan cerita para kurcaci yang tinggal di rumah-rumah jamur yang eksotik, nyanyian burung-burung di atas pohon dan banyak keindahan lain sebagai bonus perjalanan camino.

jamur eksotis yang mungkin beracun

Kami ketemu pak Valen di tempat peristirahatan. .. Saya lihat dia sudah tidak membawa ransel karena ada seorang pilgrim bernama Martha yang lagi kurang fit dan mau naik taxi saja sampai ke kota tujuan.
santai tenan...

Martha menawarkan supaya ransel pak Valen dititip dia saja supaya bisa mengurangi beban pak Valen..toh hotel tempat kita nginap sama..begitulah kira-kira menurut cerita pak Valen.

Capee..nyender dulu di tugu camino

Dengan senang hati pak Valen menerima tawarannya dan kelihatan senang sekali berjalan santai tanpa beban... uhhh bikin iri saja wkwk..


Setelah cukup istirahat, kami melanjutkan perjalanan lagi ketika tiba-tiba hujan turun  dan makin lama makin deras..  Kami bergegas mencari tempat berteduh dan singgahlah di sebuah cafe lagi.

isi minum dulu

Cukup lama juga menunggu hujan reda sampai kami bisa melanjutkan langkah menuju kota Palas de Rei. Sekitar pukul 4 sore sampailah kami di kota kecil ini ketika rintik hujan masih turun.. .

Kapel kecil di perjalanan

Ada pengalaman lucu di kota ini.. Begitu sampai hotel ternyata ransel pak Valen yang dititipkan ke Martha tidak ada di hotel ini.  Pak Valen dan ibu mulai panik nih terdampar dimana tuh ransel?waduuh...

Rumah dalam kabut

Jadi Pak Valen dan saya mencari tau dimana keberadaan Martha sang relawan, keluar di tengah rintik hujan mencari tempat penginapan Martha.. Lumayan jauh juga kita berjalan sambil mata jelalatan mencari nama hotel yang dimaksud.

Pemandangan kota Palas de Rei dari jendela kamar

Setelah sekian lama mencari tahu penginapannya, akhirnya bertemulah kita dengan Martha di sebuah persimpangan jalan. Rupanya dia juga kebingungan mencari pak Valen yang ternyata tidak ada di hotel tempat dia menginap..
jejak camino..

Wow begitu senangnya dia begitu ketemu kita, dan langsung mengajak kita  ke penginapan yang namanya ternyata mirip banget dengan penginapan tempat kita menginap. alamaak...


Saya dan temennya Martha hanya bisa tertawa terpingkal - pingkal begitu tau cerita mereka karena sesungguhnya kita berdua sama-sama tidak tau siapa yang dicari sama Martha dan siapa yang dicari pak Valen... ahhh dasar ya..ada ada saja si Om dan Tante wkwkwk..



Hari ke 3 Jumat, 4 okt 2019

lewat cafe yang unik.. menggoda untuk mampir hehe
Sebelum perjalanan ziarah camino, kami sangat ingin merasakan chemistry di perjalanan ziarah kami.., bertemu banyak teman peziarah dari berbagai negara yang katanya baik semua, juga menikmati setiap langkah kita dengan beban ransel yang kita bawa.

melangkah ringan tanpa ransel gede..
Jauh-jauh hari kita sudah menyiapkan barang apa saja yang akan kita bawa supaya beban kita ringan misalnya baju dan celana yang terbuat dari bahan yang ringan dan tahan angin, handuk kecil dsb dengan berat maksimal 10% saja dari berat badan kita. Itupun sudah terasa semakin berat terutama di hari pertama...

santai dulu di pinggir jalan

Sebenarnya kita tahu ransel-ransel kita kalau mau bisa dititipkan dengan bantuan jasa porter dengan biaya yang cukup murah hanya  3 Euro saja per ransel.

Tetapi kita memutuskan untuk bertahan dengan membawa ransel kita sendiri selama camino hari pertama dan ke dua. Walaupun terasa berat tapi saya terutama bisa merasakan ooh beginilah rasanya perjalan Camino yang diimpi-impikan..

kran air minum 

Dan pada hari ke 3 ini kita memutuskan untuk memakai jasa porter buat membawa ransel-ransel kita ke kota tujuan berikutnya. Jadi kami tinggalkan 3 euro di amplop kecil yang sudah tersedia di penginapan dan digantungin saja di ransel masing-masing. Tidak lupa saya info ke resepsionis supaya ransel kita diambil porter..

Foto dulu sebelum meninggalkan kota Palas De Rei
Pokoknya hari perjalanan akan lebih ringan karena beban di punggung berkurang. Tetapi tidak ada penyesalan kemarin-kemarin kenapa ga titip ransel saja ke porter...


Semua langkah kami syukuri dan nikmati sehingga bisa merasakan perjalanan camino yang cukup berat dan rasanya dan bisa melaluinya.


Karena beban hari ini lebih ringan, kami memulai perjalanan agak siang dan sesantai mungkin Di luar cuaca tampak cerah, hangat dan menyenangkan dan sebelum lanjut rute camino, kami berjalan dulu ke minimarket untuk beli beberapa keperluan.
selfie dulu..santai tanpa ransel berat wkwk

Rute kami hari ini berawal dari kota Palas de Rei dengan jarak tempuh 15 km melewati San Xulian, Ponte Campana, Mato Casanova, Lobreiro dan berakhir di kota Melide.


semangat hanya bawa ransel kecil sj..
Langkah kami hari ini terasa lebih ringan..mungkin karena kaki sudah terbiasa dan beban di punggung kami yang sudah jauh lebih ringan.

Lina berfose di depan rumahnya tuh..

Dalam perjalanan, kami singgah di sebuah kapel kecil untuk berdoa sambil menyalakan lilin dan tidak lupa minta stempel untuk passpor kami. Di belakang kapel ini terdapat pemakaman yang terurus rapi dan bersih..

pemakaman di belakang kapel
Pemandangan seperti ini banyak kami temui di beberapa desa yang kami lewati.. Sebuah kapel kecil dengan area pemakaman yang asri..

Berdoa dulu di depan Bunda Maria

Karena kami selalu ingat untuk meminta stempel di setiap tempat yang menyediakannya, lama-lama stempel di passpor kami semakin bertambah.. semua stempel punya ciri khas dan unik.
Add caption
Misalnya stempel dari kapel pasti ada gambar dan nama dari kapel tersebut, begitu juga stempel dari gereja, tempat makan, tempat nginap bahkan stempel dari para penjual souvenir di pinggir jalan. Senang lihat passpor kami semakin berwarna dengan stempel-stempel yang unik.

Ada cafe lagi tuh..mampir ga ya??

Begitu ketemu gereja atau kapel pasti kami masuk dan minta stempel.. lucu juga kebiasaan itu terekam di benak saya sampai terbawa pulang. Begitu lihat gereja rasanya pingin minta stempel wkwkwk...

setelah berfikir panjang akhirnya mampir cafe lagi haha.. pak Valen ga diajak..
Ada 1 bangunan lagi yang sering kami temui sepanjang perjalanan dan bikin kami penasaran fungsinya buat apa ya.. ?? Ketika ada kesempatan, saya dan pak Valen melongok isinya buat ngilangin rasa penasaran.. ternyata bangunan ini dipakai buat menyimpan bibit-bibit tanaman seperti jagung dan sebagainya.. nah ga penasaran lagi kita..

bangunan ini yang bikin penasaran
Selama perjalanan, kami sering melewati pedesaan yang asri dengan rumah-rumah penduduk yang terbuat dari tumpukan batu.. Kami pikir mungkin daerah di Spanyol ini merupakan daerah berbatu..


melewati rumah-rumah berbatu di pedesaan
Saya kurang faham juga dengan rumah-rumah yang berbatu ini tetapi mungkin juga supaya kuat menahan terpaan angin dan hawa dingin ketika musim salju tiba.. Di persimpangan sebuah desa, kami bertemu dengan Martha dan temannya.. Saya jadi ingat kejadian Pak Valen dan ranselnya wkwkwk...

Martha dan temannya

Setelah berjam-jam berjalan, akhirnya kami memasuki kota Melide melewati rumah-rumah penduduk dan restauran dengan menu-menu yang dipajang di depannya juga banyak penginapan serta hotel-hotel kecil sepanjang jalan.

Menu di depan Resto

Malam ini kami menginap di Alberque O Apalpador. Alberque yaitu penginapan yang 1 kamar terdiri dari beberapa ranjang tingkat jadi bisa diisi sekitar 10 sampai 14 peziarah  tergantung ranjang yang tersedia di setiap kamarnya.

Alberque O Apalpador

Menurut Antonio pemilik penginapan ini, kalau bulan april di saat puncak camino, kamar-kamar ini penuh tamu tapi karena saat ini lagi sepi jadi kamar yang kami huni hanya rombongan kami saja ber 5 an. Lumayan juga kamarnya cukup luas, bersih dan rapih.

Bed kita di Alberque
Kami bisa ikut memasak di dapur umum bergiliran dengan tamu lain yang nginap di sini. Ketika duduk di meja makan, kami bertemu seorang gadis Hong Kong yang sangat energic bernama Kate .. dia sudah berjalan ratusan kilo meter selama beberapa hari saja. Luar biasa stamina gadis ini..

Antonio dan Kate si gadis Hong Kong
Kami juga berkenalan dengan seorang wanita setengah baya berkulit hitam asal Belanda yang sudah beberapa hari melakukan perjalanan camino.

Di sudut kota Melide
Antonio pria berkepala plontos sang pemilik Alberque, sangat ramah melayani kami semua. Kami banyak ngobrol dengan dia tentang berbagai hal. Dan sampai sekarang dia masih terhubung di medsos kami.

di depan gereja di Melide
Hari ini udara terasa lebih dingin saat kami menyelinap ke luar penginapan dan singgah di sebuah gereja kuno yang antik.

di tengah kota
Sesudah berdoa dan melihat keindahan gereja ini, kami berjalan ke arah kota untuk menikmati suasana kota yang tampak ramai.

Tak lupa berdoa

Kami sempet ngobrol santai di taman sambil makan buah yang kami beli di sebuah toko. Setelah puas, kami kembali berjalan menyusuri bangunan-bangunan kuno dan kembali ke Alberque untuk istirahat.
Altar Gereja

Hari ke 4 Sabtu, 5 Okt 2019
Setelah berpamitan dengan Antonio, kami kembali melanjutkan perjalanan kami di hari ke 4 yang cukup cerah.



Rute kami dimulai dari kota Melide melewati Boente De Baxio, Castaneda, Ribadiso De Baixo, sampai ke kota Arzua dengan jarak sekitar 15 km.

Memasuki hutan lindung yang rimbun, peternakan sapi, perkebunan dan rumah-rumah penduduk di pedesaan.


Selama perjalanan, kami sering sekali bertemu dengan para peziarah lain yang selalu bersapa Buen Camino yang artinya selamat berziarah. 

serunya ketemu sahabat di cafe
Kalau sudah bertemu beberapa kali rasanya ketemu saudara yang sudah sangat akrab.. jalan sambil bersenda gurau dengan santainya..



Kami bisa bercerita tentang negara asal mereka dan apa motivasi mereka melakukan perjalanan ziarah camino ini. Rata-rata dari mereka bilang baru dengar ada orang Indonesia melakukan ziarah ini. Setau mereka orang Asia yang suka mereka temui diantaranya orang Korea, Philipina dan Jepang.

Peziarah asal Philipina
Memang sih kami tidak bertemu seorangpun yang berasal dari Indonesia tetapi kami bertemu seorang pria dari Australia yang fasih berbicara bahasa Indonesia, rupanya pernah tinggal dan kerja di Indonesia.


Ada rumah bagus..mejeng dulu ah..
Kami bertemu dengan sekelompok wanita yang berbahasa seperti bahasa Indonesia, ternyata mereka berasal dari Philipina dan berbahasa tagalog.. Kami berkenalan dan berfoto juga dengan mereka..

assik ketemu cewek kece ..

Setelah berjam-jam berjalan, akhirnya kami memasuki kota Arzua. Tampaknya kota ini lumayan  besar. Banyak pertokoan dan restauran sepanjang jalan yang memajang menu khas galicia.


masak Paela dulu ..wow sedaap tampaknya

Makanan khas Galicia yang selalu ada tampaknya menu Gurita karena selalu ada di setiap menu. Setelah kami tanya ternyata benar itu makanan khas mereka dan ketika kami mengunjungi salah satu pasar tradisional,  gurita gurita yang besar ini banyak sekali dijual..

Gurita-gurita di pasar lokal

Ada juga makanan sejenis nasi goreng dengan campuran aneka sayuran dan sea food yang disebut paela . Kalau lagi laper tampaknya enak sekali..

aneka makanan kita nih..

Kami mencari apartemen yang akan menjadi rumah kami hari ini. Kami disambut oleh seorang wanita cantik pemilik apartemen bernama Vanessa.

Apartemen yang kita huni malam ini
Dia sangat ramah dan welcome banget menunjukkan semua kamar dan fasilitas yang bisa dipakai. Sayang sekali mesin cucinya sedang bermasalah sehingga kami harus keluar mencari tempat laundry dan untuknya ada tempat laundry yang tidak begitu jauh dari aparteman kami.


Sambil menunggu laundry selesai kami belanja di sebuah minimarket membeli mie instan, buah-buahan dan beberapa makanan untuk makan malam kami. Tak lupa mampir ke gereja untuk berdoa sejenak dan mengucap syukur pada Tuhan atas segala berkat NYa hari ini.


Satu jam kemuadian kami kembali ke tempat laundry dan merapikan pakaian kami yang sudah harum mewangi.. senangnya punya pakaian bersih.. Banyak orang berkerumun di halaman toko nya Vanessa ketika melewatinya dan semua orang berpakaian rapih berbaur dalam suasana pesta.. Ternyata hari ini Vanessa dan suaminya mengadakan pesta selamatan ulang tahun toko nya... wow pantesan ramai..

ketemu gadis cilik yang cantik.. pingin diculik ya bu..

Banyak orang yang sedang makan minum dan bercanda ria.. waduh kita yang lusuh seperti upik abu sampai ragu-ragu mau melewati kerumunan orang yang semuanya gagah dan cantik.  Tapi kita harus melewatinya karena apartemen kita berada persis di sebelah toko itu.


Pas kita lewat ternyata kita bertemu Vanessa dan suaminya dan kami menyalaminya mengucapkan selamat atas ulang tahun tokonya. Tak disangka kami diajak bergabung di pesta itu.. alamak minder kita dengan pakaian lusuh dan belum mandi pula..

memasuki sebuah pedesaan yang indah

Tapi Vanessa dan suaminya juga teman -teman yang hadir di pesta itu mengajak kami dengan ramah sampai menuangkan sangria minuman khas spanyol berwarna merah ke gelas kita masing - masing..


Minuman ini rasanya enak banget walau sedikit memabukan. Kami juga menikmati makanan dan cemilan yang disediakan mereka... wah kita ikut larut dalam pesta dadakan di malam minggu yang cerah ini..

terkenang tempat ini.. Toko Vanesa tempat kita pesta malam itu

Puji Tuhan walaupun dengan pakaian kucel seperti upik abu, kami yang tadinya minder untuk bergabung jadi ikut sedikit pesta malam ini sampai kami pamit untuk istirahat.



Moment ini sangat mengesankan sehingga kami sedikit berat rasanya ketika mau meninggalkan tempat ini keesokan harinya.

Adios Amigos
Karena berangkat pagi-pagi kami tidak sempet pamitan lagi kepada pasangan suami istri pemilik apartemen yang ramah ini dan hanya berfoto di depan tokonya.. Gracias Vanessa... Adios amigos..

Hari ke 5 Minggu, 6 Okt 2019



Perjalanan hari ke 5 dari kota Arzua melewati Calzada, Calle, Salceda, A Brea, Santa Irena dan berakhir di O Pedrouzo dengan total perjalanan sepanjang 21 km.

berjalan dalam kabut

Walaupun rute yang kami tempuh hari ini cukup jauh, tapi kami makin semangat menjalaninya.
Menyusuri jalan raya, jalan setapak, keluar masuk hutan dan pertanian dan peternakan.

ngaso dulu di cafe gratis

Seperti biasa ketika melewati sebuah cafe, kami jadi galau mampir ga ya...dengan alasan mau ke toilet akhirnya mampir juga walaupun cuma sekedar sruput secangkir kopi.


Di perjalanan selalu ketemu para peziarah yang mengajak ngobrol dan bertegur sapa dan tak lupa berfoto bareng sebagai kenang-kenangan.



Ketika kita lagi berjalan di hutan lindung, kami dapat kabar dari apartemen yang akan kami inapi bahwa kami harus sampai jam 4 sore di apartemen karena penjaganya akan pulang.



Waduh gimana ini berarti harus ada yang sampai di sana minimal 1 orang untuk ambil kunci apartemen. Akhirnya saya tinggalkan yang lain berjalan dengan cepat berpacu waktu.

Buah ini segar.. rasanya manis asem

Masih ada 45 menit untuk sampai ke apartemen.. Hari ini saya berjalan sangat cepat melewati beberapa pilgrim bule yang ada di depan saya. Menerobos hutan dan sampai ke jalan raya yang nanjak.

Nafas sudah ngos-ngosan tapi mengingat waktu yang tinggal beberapa menit lagi saya masih bertahan untuk mempercepat langkah. Persis jam 16 kurang 10 menit saya sudah berada di depan aparttemen sesuai alamat yang dituju..

memasuki kota O pedrouzo

Seorang bapak tua yang ramah menyambut saya dengan senangnya.. memberi saya bongkahan es buat kaki yang pedal, menunjukan kamar2 kami dan menyerahkan kunci apartemen yang sangat asri..


Duh untung sekali saya sampai tepat waktu kalau ga.. hmm mungkin kita terlantar malam ini.. Saya duduk santai sampai anggota rombongan datang sambil menikmati keindahan kota dari jendela kamar.

mengikuti misa di sebuah gereja yang berlatar kerang

Setelah kami bergabung di sore hari yang masih cerah, kami berjalan untuk mengikuti misa di sebuah gereja yang indah.

Altar nya berlatar kerang camino yang besar. Selesai misa para pilgrim disuruh pastor untuk maju ke depan altar. Beliau memberi wejangan, menanyakan asal-usul kami berasal dari mana dan memberkati kami supaya dapat menyelesaikan perjalanan camino kami dan menjadi berkat bagi banyak orang.


Selesai misa, kami  menikmati makan malam di sebuah cafe dan  menikmati suasana kota sambil minum sangria yang enak dan sedikit memabukan..



Hmm hari ini semangat sekali karena besok kita mau mulai lagi perjalanan hari ke 6 dan berarti besok sampai ke tempat tujuan ....Santiago de Compostela. Malam ini kita harus istirahat cukup untuk perjalanan esok hari yang akan menjadi sejarah hidup kami... Thanks God..