Translate

Rabu, Januari 22, 2020

Camino Santiago de Compostela

Kisah Kami si pasukan Keong..

By: Benediktus Beben


Tuhan maha baik.. kami sangat bersyukur akhirnya bisa ziarah dengan berjalan kaki menyusuri jejak Santo Yakobus di Spanyol.. Camino Santiago de Compostela, hanya menjadi angan selama ini dan pada akhirnya menjadi nyata bisa melakukannya di tahun 2019.


Kami ziarah ber 5 orang: Saya dan istri, sahabat kami Pasutri   pak Valentino dan bu Milda ditambah Lina. Kami menyebut diri kami "Pasukan keong" alasannya bisa ditebak nanti..


Sesuai rencana, kami bertiga berangkat tanggal 28 Sept 2019 berangkat dari Soekarno Hatta airport lalu transit di Singapore dan terbang ke Munich malam harinya. Kenapa Munich? Karena  pas ada tiket promo dan sekalian pingin ngubek kota ini terutama pingin ke NeuSchwanstein Castle. 


Setelah terbang bersama Lufthansa selama 13 jam akhirnya mendarat di Munich international Airport Jerman pada hari Minggu tanggal 29 Sept 2019 pk 6.00 pagi. 


Di jeda waktu itu saya keluar airport sebentar untuk ketemu saudara kami Freddy dan Kiki yang tinggal di Munich untuk mengantar titipan oleh-oleh.

Rehat dulu di Changi Airport
Setelah selesai Camino nanti, kami akan bertemu lagi dengan mereka dan menemani kami jalan-jalan ngubek Munich.
akhirnya ketemu Freddy & Kiki
Pukul 12.00 kami terbang lagi ke Madrid dan mendarat pukul 15.00 di Adolfo Suarez Barajas Airport. Lanjut naik taksi ke Hotel tempat kami menginap semalam di Apartemento Calle Mauricio Lagendre, yang terletak tidak jauh dari stasiun kereta api Chamartin, supaya memudahkan perjalanan keesokan harinya ke kota Sarria untuk memulai camino.

check in
Keesokan harinya Senin 30 Sept 2019, pagi-pagi  sekali kami sudah berjalan ke stasiun yang berjarak beberapa meter dari penginapan. 

sarapan kami di stasiun kereta
Kami sarapan dulu sebelum kereta berangkat dan pukul 07.05 saat hari masih remang-remang kami sudah berada di atas kereta menuju kota Sarria. 


Kereta nya sangat nyaman hanya beberapa pemuda bule yang duduk di sebelah kami agak berisik mungkin agak mabuk.

akhirnya tidur juga si berisik wk wk..

Kami sangat menikmati perjalanan di kereta.. bisa bercerita, bisa menambah waktu tidur, dan sekali-sekali menikmati pemandangan indah dari jendela kereta. 

dari jendela kereta

Tidak terasa sudah 7 jam perjalanan dan kereta tiba pukul 13.300 di Sarria dan rencananya, kami akan menginap 2 malam di kota ini.


Kota Sarria tampak sepi, dari stasiun kecil ini kami berjalan memasuki kota untuk mencari penginapan yang sudah kami pesan sebelumnya yaitu Apartementos Camino de santiago di Rua Maestre Piquero, Sarria,27600, Spain.. 

Pemandangan indah dari jendela apartemen kami

Sesampainya di tempat penginapan, kami  disambut oleh pemiliknya bernama Javier.. kamar kami ada di lantai 2 dan dari jendela kamar tampak pemandangan rumah-rumah dan bukit.


Sarria adalah sebuah kotamadya di provinsi Lugo , barat laut Spanyol yang populer untuk memulai Camino de Santiago. 

Gereja San Marina
Banyak peziarah memilih Sarria karena merupakan titik terdekat yang diperlukan untuk para peziarah mencapai Compostela yakni kl 115 km. 

Sudut kota Sarria yang merupakan jalur camino

Raja Alfonso IX dari León meninggal di Sarria pada tahun 1230 ketika sedang berziarah ke Santiago de Compostela.
Patung Raja Alfonso IX dari Leon


Kami istirahat sejenak lalu keluar lagi untuk mencari makan siang dan sekedar sedikit jalan-jalan mengenal kota kecil ini. 
Meson Tapas

Sesuai rekomendasi dari Javier, kami singgah di Meson Tapas, sebuah cafe yang asri dengan pemandangan lembah dengan makanan yang sangat enak dan segelas beer galicia yang menyegarkan rasa  dahaga.. hmm sikaat..
Cheers for Camino
Di meja makan tampak beberapa kelompok bule yang sedang makan. Saya pikir, mereka juga para peziarah seperti kami.
Menu makan siang kami
Setelah makan, kami berjalan ke beberapa tempat termasuk kapel dan gereja yang ada di sana dan terutama kami membeli Passpor camino di pusat informasi dan mendapatkan stempel pertama sebagai syarat bagi para peziarah untuk mendapatkan sertifikat ketika sampai di Santiago sebagai ujung perjalanan.
Gereja San Salvador
Untuk mendapatkan sertifikat, kami harus mendapatkan banyak stempel dari gereja-gereja, cafe, penginapan dan dari mana saja di tempat-tempat yang menyediakan stempel. Rasanya senang sekali passpor kami sudah terstempel dengan tulisan Sarria. 

Passpor bisa didapat di sini

Syarat untuk mendapatkan sertifikat, para peziarah harus melakukan jalan kaki sepanjang minimal 100 km. Nah, kota Sarria ini merupakan jarak terdekat ke Santiago sekitar 115 km. Jadi banyak peziarah yang melalukan start dari kota ini.

Sudah dapat Passpor camino

Kami bertemu dengan beberapa pilgrim yang akan melanjutkan camino ke Santiago setelah beberapa minggu perjalanan, dan ada juga para pilgrim seperti kami yang baru akan mulai camino dari sarria.
bertemu dengan peziarah asal USA
Setelah puas foto di beberapa lokasi di hari yang cerah ini, kami kembali ke penginapan untuk istirahat sambil menunggu kedatangan 2 rekan kami pak Valen dan Bu Milda yang masih di perjalanan  kereta api dari Barcelona dan diperkirakan sampai Sarria pukul 9 malam. 
Biara A Madalena
Setelah istirahat sejenak, saya dan istri jalan kaki ke arah stasiun sambil mencari makan dan jemput mereka... Malam telah turun, kami menyusuri jalanan kota sampai ke stasiun. dan tak lama kemudian kamipun bertemu dengan rekan kami dan malam ini lengkaplah sudah pasukan kami untuk memulai camino lusa.
Welcome in sarria
Tadi malam tidur sangat pulas dan hari ini sangat segar. Siang  hari kami berjalan lagi untuk makan siang dan mengunjungi beberapa tempat yang ada di Sarria. Bir, salad, french fries dan bacon makanan yang nanti akan sering kami temui selama camino dan itu rasanya sedap sekali..
Makan lagi di Meson Tapas
Kami bertemu lagi dengan beberapa pilgrim yang sedang makan siang dan tampaknya besok lusa, mungkin kami akan ketemu mereka lagi  di perjalanan...

ketemu pinokio

Hari ini kami habiskan untuk ngubek sarria sampai malam hari sambil beli beberapa kebutuhan seperti jas hujan dll. 


Turun ke tengah kota melalui anak tangga legendaris yg pasti dilalui para pilgrim, masuk ke toko souvenir, ke supermarket, dan jalan sambil foto - foto adalah kegiatan kami sepanjang hari ini. 


Malam hari kami kembali pulang ke penginapan dan istirahat buat esok hari memulai camino...

Hari pertama camino, Rabu 2 Okt 2019, pukul 06.00 pagi di kala hari masih gelap. Dengan menggendong ransel, kami keluar dari apartemen dan mulai berjalan dalam cahaya remang. 

Memulai Camino
Dibantu penerangan dari Head torch, kami menyusuri jalanan, dari jalan beraspal lalu belok ke jalan kecil dan masuk ke hutan.. waduh jalanan tiba-tiba nanjak ga kira-kira.. 


Nafas langsung ngos ngosan dan kamipun berhenti beberapa saat untuk ambil nafas. Terasa berat tanjakan ini, Lian beberapa kali bilang mau menyerah saja. Saya bilang pelan - pelan saja toh kita ga kejar target. Kami dilewati oleh banyak pilgrim yang berjalan sangat cepat. Dasar bule, langkahnya lebar - lebar.. waduuh bikin minder haha..


Setelah jalanan nanjak sekitar 45 menit.. akhirnya sampailah kami di jalan rata. Hari mulai terang tapi masih diselimuti kabutyang tampak misterius. 


Makin lama makin terang dan tampaklah pemandangan indah dari atas bukit tempat kami berjalan. Rute kami di hari pertama ini 23 km melewati desa-desa Barbaledo, Peruscallo, Morgade, Ferrerios, A Pena, Mercadoiro, Vilcha sampai ke kota Portomarin.

kabur mulai berlalu
Tiba di Barbaledo setelah 3,4 km jalan kaki dan ada rest area pertama berupa sebuah cafe. Kami sudah tidak sabar untuk istirahat dan sarapan di sini..


Gubrag, beban terasa ringan ketika ransel berat terbebas dari punggung...  ah akhirnya istirahat jg sambil ke toilet,  ngopi dan sarapan.

Para pilgrim datang dan pergi dari cafe ini. Setelah cukup istirahat, Kamipun segera bergegas melanjutkan perjalanan kami. Di hari pertama perjalanan, kami mulai akrab bersapa Buen Camino antar sesama peziarah. 

Menyenangkan juga bertegur sapa dengan  saudara seperjalanan. Buen Camino... itulah sapaan kami ketika berpapasan dengan yang lain yang artinya Selamat berziarah..

Buen Camino...
Jalanan agak rata dan sesekali nanjak tapi kami tidak terlalu kaget, jalan pelan seperti keong sambil berdoa dan bercerita... Di tengah perjalanan, kami bertemu dengan banyak pilgrim dengan berbagai gaya. 
Oma yang penuh semangat
Buen camino.. di depan kami ada seorang nenek dengan 2 tongkat yang berjalan terseok - seok tapi sangat kelihatan semangat.. sangat menginspirasi kami untuk terus melanjutkan perjalanan. Terima kasih Oma... ayo istriku jangan kalah sama Oma itu..

Banyak apel ranum tuh..
Sepanjang perjalanan, banyak pohon apel yang sedang berbuah.. hmm menggiurkan buat dipetik. Penasaran dah.. maaf ya aku petik beberapa buah lumayan buat nambah energi. Aku bagi ke teman teman sebagai cemilan.. manis dan enak..
Apelnya enak banget ya,,

Tiba-tiba hujan gerimis, untung kami sudah siapkan mantel hujan jadi ga masalah jalan sambil hujan-hujanan. semangat..

Pemandangan unik di negeri orang selama perjalanan menambah semangat kami. Ada pohon - pohon apel berjajar di pinggir jalan dengan buahnya yang lebat dan banyak yang berserakan di tanah,  sejenis berry yang merambat, buah pear, anggur hijau dan merah, dan beberapa jenis pohon yang berbuah unik. 
Add caption
Kita  juga melewati peternakan sapi dan kuda di pedesaan, lahan pertanian yang subur, suara burung-burung yang bersahutan di atas pohon dan lain-lain yang semuanya  merupakan bonus perjalanan yang membuat kami melupakan rasa cape..


Beberapa cafe atau sekedar peristirahatan sederhana selama perjalanan juga menjadi tempat yang sangat membahagiakan. Wah hampir semua cafe kami singgahi.. dalam hati, kalau setiap cafe disinggahi, jam berapa kami sampai ke Portomarin? Tapi kami pikir nikamatin saja perjalanan ini tanpa beban..enjoy guys..

Kami Bertemu dengan seorang pilgrim dari afrika selatan bernama Lie, dia start lebih telat dari kami tetapi jalannya melesat ke depan dan sudah sampai mana dia?

Beberapa desa sudah kami lewati dan tinggal beberapa kilometer lagi sampai Portomarin, tapi ini masih di atas bukit sementara kota itu masih tampak jauh kelihatannya.. 

Portomarin masih nun jauh di lembah

Kami memandang kota yang tampak indah dari bukit dan berusaha melanjutkan jalan kaki dengan sisa tenaga yang ada.. Jalanan turun tajam sampai kaki saya lecet menahan laju tapi tetap semangat untuk menggapai kota itu.


Turunan berujung di sebuah jembatan di atas sungai lebar.. di seberang jembatan ada jalan menuju kota Portomarin. Kami harus mencapai tempat itu untuk sampai ke penginapan. Ya Tuhan nanjak lagi.. 
Hampir sampai ke Portomarin

Dengan terseok seok, kami berempat berusaha untuk mencapai tujuan akhir kami. Penginapan tercapai sekitar pukul 18.00.. Gubrak rasanya lega sekali bisa menurunkan ransel dan bahagia banget bisa merebahkan badan di kasur empuk..

Tapi kami lapar God.. harus mencari makan keluar kamar. Mau ga mau berjalan ke arah kota sementara yang lain sudah menyerah kecapean..

Susah payah untuk sampai ke sini...

Senja indah tampak kemilau di depan penginapan. Tampak sungai berkilau airnya terkena sinar matahari senja.. Walaupun sudah jam 20.00 tapi senja masih terang. 

Pemandangan dari jendela kamar kami
Saya berjalan turun melewati beberapa lapis jalanan mencari sebuah minimarket membeli beberapa makanan dan tertarik melihat lihat kota sampai ketemu sebuah katedral yang indah dengan lapangan yang luas. 
Sisi Gereja

Wah senangnya masih bisa mampir untuk foto di sini walaupun tidak bisa masuk ke dalamnya karena sudah ditutup.
Gereja di Portomarin
Ketika sedang foto, saya bertemu lagi dengan Lie, dia tanya kemana yang lain? kalian sampai jam berpa? Saya bilang kita sampai jam 18.00... Dia tampak heran dan bertanya kenapa? ada masalah?
Ketika saya tanya kamu sampai jam berapa memangnya? Dia dengan bangganya bilang, saya jam 14.00 sudah sampai. Alamak... beda 4 jam. Hahaha.. dasar pasukan keong..

senja

Saya kembali ke penginapan dengan beberapa mie instan dan telor dan juga beberapa makan yang dibeli di sebuah restoran.. Habis makan yang terasa nikmaaat banget, kamipun bergegas tidur supaya besok segar kembali melanjutkan perjalan camino..

Lorong kota Portomarin

Thanks God hari pertama sudah kami lewati... bimbing kami esok hari.