Translate

Selasa, Maret 24, 2020

CAMINO SANTIAGO DE COMPOSTELA

Pasukan Keong sampai Ke Ujung Dunia

By: Benediktus Beben


Hari ini kami sengaja bangun pagi karena hari ini merupakan hari terakhir kami di kota Santiago De Compostela. Jadi harus dinikmati bener -bener nih..


Kami ber 3 (karena Bapak dan Ibu Valen masih terlelap kecapean wkwk) ingin mengunjungi pasar tradisional yang ada di kota Santiago De Compostela.


Nama pasar nya "Mercado de Abastos" yang sudah beroperasi sejak tahun 1873 dan  beroperasi mulai jam 7.00 pagi sampai 15.00.


Itulah alasannya kenapa pagi-pagi kami sudah jalan kaki ke pasar ini, kami ingin melihat aktifitas awal para pedagang dan suasana pasar tradisional ini.


Selain itu supaya siang harinya, kami masih punya waktu untuk mengikuti misa dengan para peziarah di salah satu Kapel yang ada di sekitar Katedral.


Jam 7.30 pagi, kami ber 3 sudah berjalan menyusuri lorong - lorong yang masih lengang. Jalanan masih tampak sepi hanya beberapa pejalan kaki saja yang berpapasan dalam perjalanan.


Lampu-lampu penerangan jalan masih menyala dan menandakan hari masih remang-remang walaupun sudah pagi hari.


Berjalan sekitar 20 menit saja dari penginapan, sampailah kami di gerbang pasar yang terlihat kuno.


Ketika kami masuk ke area pasar, sudah mulai terlihat aktifitas para pedagang yang sedang mengangkut barang membereskan dagangannya.


Para pedagang sayuran dan buah-buahan berada di sepanjang jalan dan ada pasar khusus ikan dan daging di lokasi tertutup.


Hasil laut yang segar seperti aneka ikan, udang, kerang dan Gurita yang besar-besar, banyak dijual  di sini.


Juga dijual berbagai macam daging dan olahannya, daging sapi, babi dan unggas , sosis, bacon dan semacamnya yang tertata rapih di balik kaca.


Karena pasarnya bersih dan tidak berbau amis, kami merasa nyaman keliling di pasar ini sambil melihat-lihat dagangan yang dijual di sana.

 

Kami berhenti di depan sebuah lapak yang menjual buah dan minuman dengan penataan yang menarik.. dan pandangan mata tertuju pada sebuah boneka angsa yang berwarna hijau yang jadi pajangan. Saya pikir itu boneka buatan ternyata sebuah labu yang bentuknya unik..

Labu yang unik
Saya tertarik ke salah satu lapak di pinggir jalan yang menjual aneka minuman dalam botol yang tampaknya enak buat diminum di pagi yang dingin ini..


Ternyata minuman ini mengandung alkohol dengan kadar yang berbeda-beda. Saya membeli minuman yang berasa kopi dengan kadar alkohol paling rendah dan rasanya hmm.. enak dan menghangatkan tubuh. Boleh juga nih beli beberapa botol buat dibawa pulang haha..

Minumannya enakkk..
Setelah puas ngubek pasar, kami berjalan pulang dan langsung menuju ke arah Katedral untuk mengikuti misa.

Jam 10 pagi, di salah satu kapel di sekitar itu ada jadwal misa berbahasa Inggris untuk para peziarah yang mau mengikuti misa. 

Jadilah kita ber 3 ikut misa di sana dan saya sedikit berbangga ketika ditunjuk oleh petugas di sana untuk menjadi kolektan bersama dengan seorang wanita  peziarah.


Misa berlangsung sangat khidmat dipimpin oleh seorang Pastor yang sudah sepuh dan dihadiri  banyak umat. Dalam khotbah nya Pastor mengucapkan selamat kepada para peziarah yang sudah sampai di Santiago De Compostela dan memeberikan berkat pengutusan semoga kita bisa menjadi teladan bagi banyak orang..


Selesai misa, kami bergabung kembali dengan 2 teman kami untuk menghabiskan waktu yang tersisa menikmati Santiago  De Compostela dengan berkeliling di seputaran Katedral, mengunjungi lagi toko souvenir dan tidak lupa foto-foto di setiap sudut kota.


Pukul 11.30 kami berjalan ke arah terminal bis karena hari ini kami mau melanjutkan perjalanan ke Finisterre atau Fisterra yang katanya, tempat ini adalah ujungnya dunia.. Wow sejauh ini ya kami berjalan.. Amazing. 

Perjalanan ke Finisterre yang berjarak 87 Km dari Santiago De Compostela, bisa ditempuh dengan menyewa mobil atau naik bis umum.


Kami memutuskan untuk naik bis saja. dengan jadwal keberangkatan bis pada pukul 12.00 siang dan akan sampai di Finisterra sekitar pukul 14.30.


Oiya.. mau sedikit cerita, sebenarnya perjalanan ziarah camino kami berakhir di Santiago De compostela tetapi dari beberapa rekomendasi yang saya dapat, kita bisa melengkapi camino sampai ke Finisterre yang katanya indah sekali jadi jangan sampai terlewatkan untuk mampir ke sana barang sekejap.. 

Makanya kami ber 5 sepakat untuk melanjutkan hari terakhir kami ke Finistera. Tadinya kami mempertimbangkan untuk menginap di Finistera semalam saja.


Ada beberapa hotel di Finisterre yang jadi rekomendasi diantaranya: Ancora Hotel, Playa Langosteira Hotel, Insula Finisterrae Hotel, atau O Semaforo Hotel, tetapi karena terbentur jadwal kereta keesokan harinya karena kita harus pulang, maka kami putuskan kita hanya PP saja ke Finistere.


Jadi malam harinya, kami memutuskan untuk pulang ke Santiago De Compostela dan menginap semalam lagi di kota ini lalu pulang ke Madrid dan Barcelona keesokan harinya.


Sayang sekali kita tidak bisa menikmati Sunrise di ujung dunia nih..Tapi tidak jadi masalah, sekejap saja di Finisterre rasanya sudah sangat luar biasa..


Mengapa Finistere disebut ujung dunia? saya juga penasaran dengan pertanyaan ini sehingga saya mencari tahu alasannya.


Dari hasil pencarian, diperoleh info seperti ini.. Konon katanya, pada zaman dahulu kala, orang-orang percaya bahwa bumi itu datar dan matahari terbit di timur kemudian terbenam di barat.


Decimus Junius Brutus, seorang Jendral Romawi yang menaklukan Galicia, melihat matahari terbenam dengan sangat indah di Tanjung Finisterre. Di saat itu pula ia percaya bahwa kota tersebut adalah tempat dimana daratan berakhir sehingga dianggap sebagai ujung dunia.


Dalam bahasa latin, Finisterre berarti ‘akhir daratan’. Tanjung Finisterre disebut-sebut sebagai ujung barat dari semenanjung Iberia. Namun pendapat tersebut ternyata salah, karena ujung barat benua Eropa adalah Cabo da Roca di Portugal.


Pukul 12.30 bis yang kami tumpangi berjalan dengan kecepatan yang stabil. Tempat duduk di dalam bis nya enak sehingga kami bisa istirahat dengan nyaman sambil menikmati  pemandangan khas Galicia yang memanjakan mata dan pikiran.


Kami sangat menikmati perjalanan menuju 'ujung dunia' ini.. wow terkesan sangat jauh sekali ya..wkwkwkwk

Pukul 14.30 bis berhenti di pinggir pantai yang tenang, mungkin ini terminal perhentian bis nya pikir saya, tapi kenapa di sekitar sini  tidak tampak bis lain ya.. ya sudahlah mungkin pada parkir di tempat lain hahaha..

Mata kami langsung jelalatan melihat pemandangan pantai yang khas dengan banyak perahu tertambat di bibir pantai. 

Burung-burung camar terbang sambil bersahut-sahutan di sore yang  cerah ini dan beberapa wisatawan tampak sedang berjemur dan bercengkrama di pinggir pantai.


Karena perut keroncongan minta diisi, kamipun memutuskan untuk masuk dulu ke salah satu restoran yang ada di sini untuk makan siang.


Restorannya berada tepat di pinggir pantai sehingga kami bisa makan sambil menikmati keindahan sore ini, memandang pantai yang elok.


Ketika duduk di meja makan sambil memandang jauh ke arah pantai. tiba-tiba terdengar lagu Happy birthday mengalun dari belakang...


Alamak.. ternyata hari ini hari ulang tahun saya.. OMG istri dan teman-teman tercinta memberikan surprise di hari yang istimewa buat saya.. sebuah kue dengan lilin menyala menambah kemeriahan sore ini..


Terima kasih Tuhan, istriku dan sahabatku.. sangat berarti bisa merayakan hari ulang tahun di ujung dunia..Make a wish semoga kita diberi kesehatan dan bersyukur bisa menyelesaikan Camino kami.


Kami merayakannya dengan makan besar, memesan beberapa menu yang enak dan tidak lupa memesan 1 makanan laut sejenis kerang yang sangat langka. Bentuk nya sedikit mengerikan seperti kaki monster sehingga membuat beberapa orang tidak berani mencobanya.


Kerang ini mempunyai cangkang yang keras berwarna hitam dengan warna putih dan abu di ujungnya. Dikenal dengan nama Percebes atau Goose Barnacle.


sepiring Percebes

Seafood terkenal khas Spanyol ini dijual relatif  mahal harganya karena makhluk ini hidup di lautan dalam dan nelayan yang mengambilnya berhadapan dengan resiko yang tinggi dan bisa berujung kematian. Nelayan pemanen percebes dinobatkan sebagai salah satu pekerjaan paling berbahaya di dunia.


Sepesies laut ini menempel pada karang pantai dan pertumbuhan mahluk ini tergantung pada pergerakan air laut. Makin berada di dasar batu, maka dagingnya akan semakin tebal. Karena Percebes hidup di bebatuan pantai yang banyak ombak, maka para nelayan harus cepat mencabut percebes yang  menempel dengan alat seperti linggis sebelum ombak besar menghantam tubuh mereka. 

Saat ini Percebes diternakkan secara komersial di pantai utara Spanyol di Galacia, Bahkan sebagian hasilnya sudah diimpor ke Maroko dan Kanada. Supaya tidak penasaran, kami memesan 1 porsi percebes dan menikmati rasanya yang kenyal gurih.. Rasa dan sensasi yang dikandungnya terasa sensasional..



Untuk menikmati Percebes, umumnya orang Spanyol mengolah dengan cara yang sederhana. Percebes direbus dalam air mendidih dan hanya dibubuhi garam dan setelah lunak barulah diangkat. 

Untuk membuka cangkangnya,  bagian atas ditekan dan diputar sehingga daging berwarna cokelat didalamnya bisa dinikmati dengan cara diseruput seperti makan keong siput. Bentuknya yang kecil menjadikan Percebes mudah untuk dikonsumsi. Pak Valen punya video tutorialnya nih bagaimana cara menikmati percebes hahaha..

Setelah selesai pesta siang ini, target selanjutnya adalah sebuah mercusuar yang ada di Finisterre yang telah saya lihat foto-fotonya ketika mencari informasi tentang tempat ini. Sebenarnya mata sudah jelalatan dari tadi ketika menginjakan kaki di pantai Finisterre.. dimanakan Mercusuar itu berada?

Mercusuar yang saya cari-cari
Tak disangka ketika kami bertanya ke pemilik Restauran, tempat itu masih jauh di atas bukit. Kami harus berjalan beberapa kilometer lagi untuk sampai di sana.


Alamak, ternyata masih perlu perjuangan ya.. tadi kita terlalu santai saat makan siang dan saat ini waktu sudah menunjukan pukul 16.30 sementara bis terakhir ke Santiago adalah pukul 19.00.


Kami sempat bimbang untuk jalan kaki lagi mendaki bukit, tapi terlanjur sudah sampai di sini kenapa harus ragu?

Ayoo Bro and Sis semangat...kita jalan kaki lagi 'beberapa langkah' untuk melengkapi perjalanan Camino kita. Kita  masih punya waktu 3,5 jam untuk sampai di ujung dunia dan pulang lagi ke terminal bis. Sebelum melangkahkan kaki lebih jauh, kami foto dulu di sebuah monumen yang ada di pinggir pantai dengan 'Sang Saka Merah Putih'..


Oiya.. saya niat banget untuk foto dengan bendera 'Sang Saka Merah Putih' dalam perjalanan Camino ini sehingga sengaja saya menyelipkannya dalam ransel camino saya.


Baru keinget bendera ini ketika mau berangkat ke Finisterre dan Puji Tuhan kita bisa mengibarkan Bendera ini sepanjang perjalanan ke Finisterre.


Akhirnya dengan semangat tinggi, kita memantapkan langkah lagi menyebrang jalan dari restoran tadi dan masuk ke jalan kecil sesuai tanda dari tugu camino sebagai penunjuk arah.

Langkah dimulai dari lorong ini..
Awalnya kita melewati Lorong-lorong di antara bangunan-bangunan perumahan pedesaan yang tertata rapi.


Terus berjalan naik melewati jalan raya beraspal yang sepi karena jarang kendaraan lewat. Kami berjalan agak cepat mengingat waktu yang sangat terbatas.


Nafas berpacu dengan waktu seiring langkah yang memburu.. Tapi tengoklah ke sebelah kirimu, sepanjang mata memandang  pantai yang indah dan tenang sangat memanjakan mata dan jiwa sehingga terlupakan rasa cape dan lelah. Ya Tuhan Kau bawa kami sampai sejauh ini untuk menikmati keagunganMU..


Kaki terus melangkah seiring ayunan semangat kami untuk segera sampai ke ujungnya dunia sambil bersenandung lagu perjuangan.. Sebenarnya kami ber 5 jalan terpisah karena menyesuaikan dengan kemapuan kami masing-masing.


Kami sepakat,  harus ada di antara kami yang sampai ke sana!! syukur-syukur kalau semuanya nyampe.. aduuh berat banget nih jalan, rasanya ga nyampe-nyampe padahal sudah hampir 1 jam kita berjuang. 

Masih jauh ga ya..? sampai ga kita? Saat menoleh ke belakang, hanya tampak pedesaan yang tertinggal dan jalanan  makin mendaki meninggalkan jejak kaki yang sudah mulai terseok..



Di tengah perjalanan, kami menemukan sebuah patung camino dan berfoto dulu sambil istirahat,  tak disangka ketemu dengan si Kate peziarah dari Hong Kong yang menuju arah pulang. Kami lanjut lagi jalan mendaki dengan sisa-sisa tenaga yang ada.


Menghela nafas panjang dan membuangnya jauh untuk menambah nafas perjuangan. Tidaklah sia-sia perlananan ini dan alangkah senangnya  ketika sampai di tugu camino dengan tulisan 0,356 km. Wah sudah hampir sampai nih.. horree berhasil juga.


Mercusuar yang saya cari sudah tampak dalam bayangan hitam terpapar sinar matahari senja..Makin jalan ke atas, Mercusuar setinggi 238 M yang dibangun tahun 1823 ini tampak semakin nyata berdiri kokoh memandang lautan luas.


Punggung Mercu Suar Fisterra, di puncak Monte Facho, adalah tubir laut hitam–atau Mare Tenebrosum, nama Samudra Atlantik abad pertengahan.


Konon, Monte Facho adalah tempat keramat pada masa pra-sejarah Celtic, suku asli Galicia, Spanyol.


Berjalan beberapa meter lagi hingga kami sampai di tugu camino bertuliskan 0 KM pada pukul 17.20. Sebelum jalan ke tempat lain, tidak lupa kami foto di tugu ini dengan 'Sang Saka Merah Putih' yang berkibar dihembus angin dari samudra Atlantik..


Kami tidak membakar barang apapun dan tidak membuang benda apapun di tempat ini sebagai penanda berakhirnya perjalanan Camino kami.


Hanya kekhawatiran, kecemasan dan kesedihan yang kami tinggalkan digantikan dengan rasa haru, penuh syukur dan bahagia.. Jejak-jejak langkah kami akan tercetak sepanjang masa..


Ketika tiba di bagian terujung Teluk Finisterre atau Faro Cabo Fisterra, matahari senja masih bersinar dengan cerahnya saat kami berjalan ke bibir tebing memandang lautan Atlantik yang yang seperti tak berujung..


Ada sebuah salib besar menghadap lautan dan beberapa turis sedang berfoto di sana. Kamipun berusaha menggapainya dan mengabadikannya dalam jepretan kamera..


Lalu kami duduk merenung memandang bentangan birunya permukaan laut bak permadani, berkilau diterpa sang surya dengan segaris buih putih dari jejak sebuah kapal.


Cakrawala senja semakin membuat bulu kuduku berdiri memandang jauh ke batas lautan, membayangkan bumi yang bundar dan mengingat kebesaran Sang Pencipta.


Lamunan jiwa entah berkelana sampai ke mana kala memandang ke arah lautan yang sepi diterpa semilir angin yang membawa kedamaian..


Mungkin inilah rasanya kenapa Finisterre disebut Ujung dunia.. Kita seakan berada di ujung dunia ketika memandang lautan ini dan rasanya ingin berlama-lama di sini untuk menikmatinya.. enggan rasanya untuk berbalik pulang..


Kami hanya punya waktu sekitar 1 jam saja di Fisterra dan harus balik lagi dengan jalan kaki pada pukul 18.30 semoga sampai ya dan tidak ketinggalan bis ke Santiago..


Beranjak bangkit dengan malas dari bibir tebing, berjalan ke arah Mercusuar dan terus berjalan balik ke arah kami datang adalah hal terberat.


Rasanya belum puas berada di sini menikmati kesunyian dan kedamaian ujung dunia..
Tapi kami harus bergegas pulang karena keterbatasan waktu, menepis segala kejanggalan dan terus mengayunkan kaki dengan langkah gontai.. menoleh ke belakang mengucapkan selamat tinggal Finisterra yang indah.. 

Kami berdua tertinggal di belakang sementara teman kami ber 3 sudah melaju di depan. Dalam keputus asaan, kami berujar kalau ditinggalkan oleh bis itu, biarlah kita sewa taxi saja pulang ke Santiago.. 

Langkah semakin cepat, waktu sudah menunjukan pukul 19.00 sementara saya dan istri masih belum sampai ke terminal bis, malahan nyasar ke jalan .. harusnya lurus ini malah belok karena mengikuti petunjuk yang salah.. duuh


Hampir menyerah dan merasa bahwa kami sudah ditinggal bis.. Hari sudah mulai meredup ketika kami sampai ke tepi pantai dan Puji Tuhan.. bis yang akan kami tumpangi masih ada di sana.. jepret dulu lah 1x..


OMG terima kasih banyak Tuhan, kami masih bisa naik bis itu untuk pulang ke Santiago dan pikiran konyol ketika putus asa mau sewa taxi untuk pulang tidaklah terbukti dan syukur banget,, karena tidak tampak 1 buah mobilpun di sana. Terbayang kalau kami ditinggal bis, mungkin akan terlantar  di sini wkwkwk..


Rupanya teman kami yang ber 3 sudah sampai duluan di bis beberapa menit sebelum pukul 19.00 dan memohon sama sopir bis yang baik hati untuk menunggu kami ber 2 yang sedang berusaha sampai di bis..


Puji Tuhan dan terima kasih sahabat yang baik atas perjuangannya hingga kita bisa pulang bersama lagi menuju Santiago melewatkan malam terakhir camino kita.


Perjalanan pulang terasa lebih lama dan harus berganti bis di salah satu tempat tapi tidak membuat kami kecewa karena perjalanan sangat lancar dan bisa sambil menikmati pemandangan pantai dan kota-kota kecil yang kami lewati saat matahari mulai redup berganti malam..


Sekitar pukul 22.00 kami tiba di Santiago De Compostela, berjalan kaki lagi dari terminal bis dan malam ini kami lewatkan dengan penuh sukacita karena sudah lengkaplah perjalanan Camino kami..


Keesokan harinya, kami bangun pagi dan melangkahkan kaki menuju stasiun kereta api dengan naik taxi dari pinggir jalan raya..


Masih sempat sarapan bareng di Stasiun sambil menunggu kereta datang. Kami ber tiga berangkat duluan menuju Madrid meninggalkan  2 sahabat kami yang jadwal keretanya belakangan menuju Barcelona.. Kami hanya bisa berpelukan dalam perpisahan ini dan melanjutkan perjalanan kami masing-masing.


Terima kasih sahabat.seperjalanan.. sampai ketemu di perjalanan berikutnya..Adios Amigos..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar